Saudara sekalian………
Saya adalah saudara anda, dan anda adalah saudara saya. Dengan kata lain, kita bersaudara, benar? Alhamdulillah Allah manciptakan kita dalam suatu persaudaraan yang erat dalam kesamaan aqidah dan keyakinan. Tak ada yang dapat memisahkan kita kecuali kekafiran. Karena kita satu jalan menuju Allah. Kita kuat jika mampu bersatu dan saling mencintai.
Seperti filosofi kehidupan semut. bangkai apa yang tak dapat mereka bawa? Insyaallah, hampir semuanya bisa mereka bawa, sedikit demi sedikit, bersama-sama. Dengan bersatu kita menjadi suatu bangunan yang kokoh dengan pondasi yang bermutu tinggi yaitu iman kepada Allah.
Persaudaraan dalam islam bersifat universal, yakni mempertemukan antar etnik yang sebelumnya sangat rawan konflik. Seperti kamu Aus dan kharaj yang telah berperang bertahun-tahun serta hadirnya, Bilal al-Habasyi (Ethiopia), Shuhaib al-Rumi (Romawi ), dan Salman al-Farisi (Persia ).
Dalam QS. Ali Imran : 103 Allah Berfirman
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara...........(QS Ali Imran : 103)
Saudaraku, Allah telah membuat kita satu hati sebagai satu umat, ummatan waahidan! Bersaudara, betapa indahnya......
Namun kita tidak bisa menampik bahwa umat islam kini terbagi-bagi dalam golongan-golongan. Sekedar untuk berorganisasi sekiranya tidak masalah. Karena Allah sendiri memerintahkan kita untuk berjuang dalam shaf-shaf. Dalam suatu barisan. Dengan tujuan kita dapat menghimpun kekuatan dan berjihad membela agama Allah bersama. Namun bagaimana dengan golongan-golongan islam kini? Benarkah sudah sungguh-sungguh berjuang?
Ikhwani fillah, kadang tanpa sadar kita merasa golongan kita lebih baik dari golongan dia. Golongan saya lebih syar'i dari golongan anda, atau bahkan mengatakan golongan saya benar, sedang dia sesat. Sudah sangat memprihatinkan jika antar umat islam sendiri tidak ada kerukunan dan keharmonisan. Mau dibawa ke mana islam? Satu sama lain saling tuding. Menganggap paling lurus dan yang lain adalah Buruk! kafir! bahkan najis! astaghfirullahal'adziem...... sudah sedemikian parahkah keadaan umat islam?
Rasulullah bersabda:
Tidak termasuk golongan kami orang yang menyerukan ‘ashabiyah, tidak termasuk golong kami orang yang berperang atas dasar ‘ashabiyah, dan tidak termasuk golongan kami orang yang mati di atas dasar ‘ashabiyah. (HR Abu Dawud).
Rasul mengancam siapapun yang berjuang demi golongan. Bahkan Allah juga menyeru kita untuk tudak saling mencela. Mari kita simak QS. Al Hujurat: 11 berikut:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah segolongan kamu mengolok-olokkan golongan yang lain, karena boleh jadi mereka yang diperolok-olokkan lebih baik dari merekayang menolok-olokkan. Dan jangan pula wanita-wanita mengolok-olokkan wanita-wanita yang lain, karena boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olokkan lebih baik dari wanita-wanita yang mengolok-olokkan. Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. seburuk-buruk panggilan adalah gelar yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al hujurat : 11)
Saudaraku, dalam ayat tersebut, Allah jelas menghendaki kita untuk tidak saling mencela dan memberikan gelar yang buruk. Dalam ayat tersebut juga tersurat kalimat janganlah kau mencela dirimu sendiri. Siapakah diri sendiri yang dimaksud? Kita, saudara! Kitalah diri itu, karena sesungguhnya umat islam adalah satu tubuh satu bangunan.
Seperti sabda Rasulullah berikut:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; sebagian menguatkan sebagian lainnya. (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).
Artinya bagaimana? Artinya, jika kita menjelekkan sesama muslim, berarti kita menjelekkan diri sendiri. Jika kita mencela orang lain sesama muslim, berarti kita mencoreng diri kita sendiri. Dan jika kita mengkafirkan sesama muslim, berati kita mengkafirkan diri sendiri. Na’udzu billahi min dzaalik.
Jika kita tak segan melihat lagi, sesungguhnya perpecahan kita hanya didasari perbedaan pemikiran dan penafsiran dalm hal furu’, dalam hal fiqih saja. Lainnya tidak. Mungkin hanya sesekali berbeda partai. Pebedaan adalah hal biasa, perbedaan adalah rahmat. Sayid Muhammad al-Shathiry dalam bukunya “al-wahdah al-islamiyah’ menyatakan bahwa Islam pada substansinya mempunyai karakteristik menyatukan bukan memecahbelah.tidakkah kita berfikir, jika kita terpecahbelah, berarti kita membahagiakan orang kafir? Sadarlah saudaraku, ini hanyalah propaganda kaum kafir yang takut akan persatuan kita. Karena jika kita bersatu, kita akan kuat. Mereka tidak menginginkan itu.
Saudaraku, buat apa kita membawa bendera golongan dan mempertontonkan perbedaan kalau justru islam semakin terlecehkan? Cukuplah Allah sebagai tujuan kita dan Muhammad teladan kita. Jangan permasalahkan perbedaan selama masih Allah Tuhannya, Muhammad Rasulnya, dan Al-Quran kitabnya, mereka masih saudara kita yang wajib kita lindungi keselamatannya.
Marilah bersatu saudaraku, mari kita jayakan ukhuwah islamy, gagalkan misi para kaafiruun, mari wujudkan ummatan wahidan dalam satu tali agama Allah. Jangan biarkan perbedaan dalam halfuru’ membuat kita menjauh.
Saudaraku, marilah kita sambut sinar persatuan menembus kalbu-kalbu kita, merontokkan kesombongan kita. Mari kita himpun kekuatan membela agama Allah. Allahu Akbar!